PERTEMUAN KE-EMPAT
 ( 2 OKTOBER 2018)

                Si Negatif dan Si Positif
                Bapak Marsigit memasuki kelas dan memulai perkuliahan dengan membaca doa. Masih dengan diawali dengan memberikan pertanyaan sebanyak 20 soal yang kali ini beberapa dari mahasiswa berhasil menjawab sedikit dari pertanyaan yang diberikan Bapak Marsigit.
            Setelah itu Bapak Marsigit mengatakan, “Euforia dapat ditingkatkan dari euforia, material, formal, normatif, sampai spiritual. Euforia spiritual tidak terdengar telinga dan tidak terlihat mata.  Pengalaman anda menjawab pertanyaan teman-teman, siapa yang merasa punya euphoria?
            Pertanyaan pertama:
Totok : “Apakah euforia bisa muncul karena rasa takut?”
Bapak Marsigit: Kita beri nama terlebih dahulu euphoria itu sifatnya negatif atau positif? Rasa takut itu positif atau negatif? Belum tentu kebenaran umum itu benar menurut filsafat, filsafat adalah penjelasanmu sendiri, filsafat itu adalah olah pikir, bagaimana engkau memikirkannya? Jika yang menjawab adalah saya maka anda telah tertimpa oleh sifat saya. Kenapa begitu? Sebenar-benarnya hidup adalah ketertimpaan antara sifat. Kalau tidak ketertimpaan maka tidak bisa hidup. Cohtoh, ketika kita bernapas maka hidung tertimpa oleh oksigen, kalau tidak ada seperti itu maka kau tidak bisa hidup. Memandang, pandanganmu sudah menimpa orang lain dan ketika engkau memikirkan orang yang kamu cintai, maka pikiranmu sudah menimpa dia. Hidup itu adalah ketertimpaan sifat, doa pun juga begitu, ketika kita mendoakan seseorang maka doa tersebut sudah menimpanya. Itulah mengapa kita harus mendoakan seseorang yang baik-baik.
            Pertanyaan kedua:
Ibrahim: “Bagaimana cara berpikir dalam berfilsafat, kita harus berpikir intensif dan ekstensif. Bagaimana kita tahu kita sudah berpikir demikian?”



Bapak Marsigit:
“ Berfilsafat adalah bagaimana penjelasanmu, seberapa jauh uraianmu itu. Tapi tidak menjelaskan bahwa itu penjelasan. Bukan penjelasan tapi penjelasan. Bagaimana binatang berpikir, tumbuhan mampu berpikir. Kalau tidak mau berpikir yasudah selesai maka engkau tidak sedang berfilsafat. Binatang, tumbuhan, batu yang berpikir itu seperti apa. Batu cenderung di bawah, pasir di atas selalu begitu. Batu besar cenderung sulit hanyut. Hukum alam itu pikiran para batu. Hukum alam ada sifat, naluriah. Karena suatu hal, keadaan. Keadaan satu menarik keadaan lain. Keadaan menimpa atau keadaan yang ditimpa. Setiap saat kita menimpa atau ditimpa. Maka sebenar-benar hidup adalah sifat.

            Setelah menjawab beberapa pertanyaan dari mahasiswa, Bapak memberi komentar mengenai postingannya atau blog. Bapak Marsigit mengatakan, “ Syarat berkomentar itu harus ikhlas. Ikhlas dalam hati dan juga ikhlas dalam pikiran. Ikhlas dalam hati itu artinya bersyukur, istiqomah, tuma’ninah, tidak manipulasi, dan jangan bingung. Sedangkan ikhlas dalam pikir itu memahami apa yang ditulis dan dibaca.

Selanjutnya perkuliahan disudahi dengan membaca doa dan Bapak Marsigit meninggalkan kelas.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah tokoh paham filsafat