Sejarah tokoh paham filsafat
Nama
: Dini Arrum Putri
NIM :
18709251003
Mata
Kuliah : Filsafat Ilmu
Dosen
Pengampu : Prof. Dr. Marsigit, MA.
1.
Filsafat
Pragmatisme
Kata
pragmatisme berasal dari bahasa Yunani ”pragma”, adapula yang menyebut dengan
istilah ”pragmatikos”, yang berarti tindakan atau aksi. Filsafat ini menyatakan
bahwa suatu teori dikatakan benar atau tidak itu dibuktikan dengan apakah teori
tersebut dapat diimplementasikan dalam kehiduoan manusia. Dengan demikian,
ukuran untuk segala perbuatan adalah manfaatnya dalam praktek dan hasil yang
memajukan hidup. Benar tidaknya sesuatu hasil pikir, dalil maupun teori,
dinilai menurut manfaatnya dalam kehidupan atau menurut berfaedah tidaknya
teori itu dalam kehidupan manusia. Atas dasar itu, tujuan kita berfikir adalah
memperoleh hasil akhir yang dapat membawa hidup kita lebih maju dan lebih
berguna. Sesuatu yang menghambat hidup kita adalah tidak benar. (Wasitohadi, 2007) Para filsufnya
adalah William James (1842-1910),
Charles S. Pierce (1839-1914) dan John Dewey (1859-1952) William
James merumuskan pragmatisme sebagai
sikap memalingkan muka dari segala sesuatu, prinsip-prinsip,
kategori-kategori, keniscayaan-keniscayaan awal, untuk kemudian beralih pada segala
sesuatu, hasil-hasil, konsekuensi-konsekuensi, serta fakta-fakta baru.
Pragmatisme memiliki tiga ciri, yaitu: (1) memusatkan perhatian pada hal-hal
dalam jangkauan pengalaman indera manusia, (2) apa yang dipandang benar adalah
apa yang berguna atau berfungsi, dan (3) manusia bertanggung jawab atas
nilai-nilai dalam masyarakat (George R. Knight, 1982). Charles Peirce sering
disebut sebagai ”penemu” (perintis, yang memperkenalkan) pragmatisme, sedangkan
William James sering dipandang sebagai bapak pragmatisme, yang memformulasikan
pragmatisme, sedangkan John Dewey adalah tokoh pragmatisme modern, yang
menyebarluaskan atau memasyarakatkan pragmatisme (Albertine Minderop, 2005:
95).
2.
Filsafat
Humanisme
Humanisme
adalah salah satu paham filsafat yang mempelajari tentang memanusiakan, tentang
bagaimana mengedepankan nilai-nilai kedudukan manusia. Humanisme biasanya
selalu dipandang sebagai sesuatu yang baik mengenai kecintaannya terhadap
seseorang. Filosofi humanism itu sendiri menurut corlisa lamont dalam bukunya
adalah :
“
Humanisme menyakini bahwa alam merupakan
jumlah total dari realitas, bahwa materi-materi dan bukan pikiran yang
merupakan bahan pembentuk alam semesta, dan bahwa entitas supernatural sama
sekali tidak ada. Ketidaknyataan supernatural ini pada tingkat manusia berarti
bahwa manusia tidak memiliki jiwa supernatural dan abadi, dan pada tingkat alam
semesta sebagai keseluruhan bahwa kosmos kita tidak memiliki Tuhan yang
supernatural dan abadi “
Pemaparan
di atas artinya Tuhan sudah menciptakan segala aturan alam semesta untuk
ditaati oleh manusia. Itulah mengapa humanism sangat erat kaitannya dengan
agama. Karena semua ajaran-ajarannya berorientasi pada nilai-nilak kemanusiaan.
Para filsuf dalam paham humanism ini ada banyak namun diantaranya adalah Abraham
Maslow (1908-1970), Carl Ransom Rogers
(1902-1987) Menurut Albertine Minderop (2005: 120), pragmatisme
menjadi (disebut) humanisme karena keyakinan bahwa nasib manusia berada di
tangan sendiri, bukan dari kekuatan lain. Jadi, manusia selalu memiliki
kemampuan menjadi kuat, sehingga manusia tidak perlu menyesuaikan diri dengan
alam, melainkan alam yang mengikuti kehendak manusia. (Wasitohadi, 2007)
3.
Filsafat
Progresivisme
Progresivisme
berakar pada pragmatism. Selain pada pragmatisme, progresivisme juga berakar
pada teori psikoanalisis Freud (yang
menekankan pada pemberian kebebasan yang lebih bagi ekspresi diri di antara
anak-anak dan suatu lingkungan pembelajaran yang lebih terbuka di mana
anak-anak dapat melepaskan energi dorongan-dorongan instinktif mereka dalam
cara-cara yang kreatif), dan karya Emile oleh Rousseau ( yang cenderung
menentang terhadap adanya campur tangan orang-orang dewasa dalam menetapkan
tujuan-tujuan pembelajaran atau kurikulum subyek didik (George R.
Knight,1982:80-81). Aliran progresivisme adalah salah satu aliran filsafat yang
menekankan bahwa kehidupan-kehidupan manusia ini selalu dihadapi dengan
tantangan dan masalah yang dimaksudkan kepada manusia untuk bisa survive dalam
menjalani masalah di kehidupannya. Para filsuf dari aliran progresivisme ini
sama dengan aliran pramtaisme karena Progresivisme berakar pada pragmatism,
yaitu William James (1842-1910), Charles
S. Pierce (1839-1914) dan John Dewey (1859-1952).
4.
Filsafat
Liberalisme
Liberalisme
adalah salah satu paham filsafat yang artinya liberal yaitu kebebasan. Sejarah
liberalisme dimulai dari zaman Renaissance, sebagai reaksi terhadap ortodoksi
religius. Saat itu kekuasaan gereja mendominasi seluruh aspek kehidupan
manusia. Semua aturan kehidupan ditentukan dan berada di bawah otonomi gereja.
Hasilnya, manusia tidak memiliki kebebasan dalam bertindak, otonomi individu
dibatasi dan bahkan ditiadakan. Otonomi individu dipahami sebagai keterbebasan
dari determinasi dan intervensi eksternal, berupa pembatasan, pemaksaan atau
berbagai bentuk ancaman dan manipulasi, dalam melakukan tindakan. (Aida, n.d.)
Dari
pemaparan di atas, intinya adalah bahwa kehidupan manusia itu sifatnya bebas,
manusia memiliki kebabasan dalam hidupnya. Kebabasan dalam berpendapat, kebabasan dalam
beragama dan kebebasan dalam memilih jalan hidupnya yang artinya kesuksesan dan
kegagalan seseorang itu ditentukan oleh dirinya sendiri.
Liberalisme
yang dipelopori oleh John Locke dan
liberalisme yang dipelopori oleh Jean
Jacques Rousseau. John Locke
berpendapat bahwa kebebasan yang menjadi nilai dasar liberalisme dipahami
sebagai ketidakhadiran intervensi eksternal dalam aktivitasaktivitas individu.
Corak liberalisme ini kemudian mendasari dan menginspirasi munculnya
libertarianisme yang dipelopori oleh Alexis
de Tocqueville, Friedrich von Hayek dan Robert Nozick. Di sisi lain
Rousseau berpendapat bahwa pemerintah harus tetap berfungsi menjamin terlaksananya
kebebasan individu dalam masyarakat. Corak liberalisme ini selanjutnya
mendasari dan menginspirasi munculnya liberalisme egalitarian, dengan tokohnya
antara lain John Rawls dan Ronald
Dworkin. Liberalisme ini berusaha menyatukan ide kebebasan dan kesamaan
individu dalam masyarakat. Pemerintah dibutuhkan untuk meredistribusikan
nilainilai sosial dalam melaksanakan dan mencapai kebebasan dan kesamaan
individu-individu dalam masyarakat.
5.
Filsafat
Konservatisme
Konservatisme adalah
sebuah filsafat politik yang mendukung nilai-nilai tradisional. Istilah ini
berasal dari bahasa Latin, conservāre, melestarikan;
"menjaga, memelihara, mengamalkan". Karena berbagai budaya memiliki
nilai-nilai yang mapan dan berbeda-beda, kaum konservatif di berbagai
kebudayaan mempunyai tujuan yang berbeda-beda pula. Beradasarkan
pemaparan di atas disimpulkan bahwa konservatisme adalah salah salu aliran
filsafat yang bersifat positif yang
mendukung nilai-nilai atau budaya tradisonal dalam kata lain masih melestarikan
dan memelihara budaya yang ada sehingga masih sangat kental berada di
tengah-tengah kehidupan masyarakat.
Sejarah tokoh-tokoh dala filsuf konservatisme ini yaitu
dimulai sejak, Revolusi Perancis pada 1789, konservatisme muncul sebagai suatu sikap atau
alur pemikiran yang khas. Banyak orang yang mengusulkan bahwa bangkitnya
kecenderungan konservatif sudah terjadi lebih awal, pada masa-masa awal Reformasi yang berpengaruh, Richard
Hooker yang menekankan pengurangan
dalam politik demi menciptakan keseimbangan kepentingan-kepentingan menuju
keharmonisan sosial dan kebaikan bersama. Namun baru ketika polemic Edmund
Burke muncul - Reflections on the
Revolution in France -
konservatisme memperoleh penyaluran pandangan-pandangannya yang paling
berpengaruh.
Negarawan Inggris-Irlandia Edmund
Burke, yang dengan gigih mengajukan
argumen menentang Revolusi
Perancis, juga bersimpati dengan sebagian
dari tujuan-tujuan Revolusi
Amerika. Tradisi konservatif klasik ini
seringkali menekankan bahwa konservatisme tidak mempunyai ideologi, dalam
pengertian program utopis, dengan suatu bentuk rancangan umum. Burke mengembangkan
gagasan-gagasan ini sebagai reaksi terhadap gagasan 'tercerahkan' tentang suatu
masyarakat yang dipimpin oleh nalar yang abstrak. (Sumber : Wikipedia )
6.
Filsafat
Konstruktivisme
Konstruktivisme
diambil dari kata kontruk yang artinya membangun. Paham konstrutivisme ini
adalah suatu paham yang berorientasi pada pendidikan. Konstruktivisme merupakan aliran filsafat pengetahuan yang
menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi kita sendiri (von
Glaserfeld dalam Pannen dkk, 2001). Dalam hal ini seorang siswa diberikan
kesempatan untuk membangu sendiri pengetahuannya dalam belajar dan guru hanya
sebagai fasilitator. Tokoh dalam filsafat kontrutivisme ada Jean Piaget.
Menurut Piaget, struktur kognitif sebagai
skemata yaitu kumpulan dari skema-skema. Seorang individu dappat mengikat,
memahami, dan memberikan respon terhadap stimulus disebabkan karena bekerjanya
skemata ini. Berdasarkan hasil penelitiannya Jean Piaget mengelompokkan tahap
perkembangan anak menjadi empat tahapan yaitu tahap sensori motor (0-2 tahun),
tahap pra operasi (2-7 tahun), tahap operasi konkrit (7-11 tahun), tahap
operasi formal (11tahun-seterusnya) .
7.
Filsafat Sosialisme.
Sosialisme berasal dan kata socius atau
sosial yang artinya masyarakat. Sosialisme artinya paham yang menekankan
bahwa sekelompok masyarakat yang
dikumpulkan untuk tinggal dia suatu tempat yang sama dan bersosialisasi
sehingga menjadi suatu masyarakat yang bahagia. Sosialisme lahir sebagai reaksi
terhadap liberalisme pada abad ke-19. Pengembang paham liberalisme adalah
kaum middle class yang oleh Karl Marx disebut kaum borjuis. Tokoh-tokoh pendukung paham
sosialisme antara lain Thomas More,
Robert Owen, Comte de Saint Simon, Charles Fourire, Louis Blanc dan Pierre
Joseph Proudhon, mereka mendapat sebutan sosialis utopis (penganut
sosialisme utopia). Selain itu, dikenal pula sosialisme ilmiah dengan tokohnya
adalah Friedrich Engels dan Karl Marx dengan ajarannya yang terkenal Marxisme.
Dalam ajaran Marxisme yaitu mencari perbedaan mendasar dalam masyarakat dan
dalam hubungan kepemilikan. Hubungan tersebut selalu mengarah adanya
pertentangan kelas antara pemilik modal dan bukan pemilik yang kemudian
me-nimbulkan ketegangan dan memuncak menjadi revolusi. (sumber : http://historyfileon.blogspot.com/2016/02/paham-paham-besar-dunia-liberalisme.html)
Aida, R. (n.d.). Liberalisme dan Komunitarianisme :
Konsep tentang Individu dan Komunitas,
95–106.
Albertine Minderop. (2005).Pragmatisme Amerika.
Jakarta : Obor.
George R. Knight.(1982). Issues and
Alternatives in educational Philosophy. Michigan: Andrews University Press.
Lamont. The Philosophy Of Humanisme. 1977.
Paulina
Pannen dkk. 2001. Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Jakarta: Proyek
Pengembangan Universitas Terbuka Dirjend Dikti Depdiknas.
Slavin,
Robert E. 2011. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa
Media.
Suherman,
Erman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.Bandun :
Universitas Pendidikan Indonesia.
Wasitohadi. (2007). PRAGMATISME, HUMANISME DAN IMPLIKASINYA
BAGI DUNIA PENDIDIKAN DI INDONESIA, 1–21.
Komentar
Posting Komentar